Bermanfaat bagi yang lainnya

Harga Segelas Air

Ilustrasi
Ilustrasi


Oleh: Hasan Basri Tanjung     

Suatu ketika, Khalifah Harun Al-Rasyid duduk gelisah. Untuk meringankan beban pikirannya, ia mengundang ulama terkemuka pada masanya, Abu As-Sammak. “Nasihatilah aku!” pinta Khalifah.

Pada saat yang sama, pelayan membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, Abu As-Sammak berkata, “Tunggu sebentar. Seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air ini tidak kau peroleh, berapakah harga yang kau siap bayar? Jawablah dengan jujur!”

“Setengah dari kekayaanku,” jawab Khalifah.

Sang ulama pun mempersilakan khalifah minum. Selesai minum, Abu As-Sammak bertanya lagi, “Seandainya air tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya, berapakah yang akan engkau bayarkan agar ia keluar?”

Khalifah menjawab, “Setengah dari kekayaanku.”

“Kalau demikian, sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak nikmat Allah selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak wajar jika engkau tidak mensyukurinya,” nasihat Abu As-Sammak kepada Harun Al-Rasyid.

Dialog singkat di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, hendaklah para penguasa negeri (umara) dalam seluruh tingkat untuk senantiasa meminta dan mendengar nasihat para ulama. Selagi para umara masih mendengar nasihat ulama, negeri ini akan selamat dari murka Allah.

Kedua, nilai segelas air. Air sangat berharga dalam kehidupan manusia. Manusia akan mati jika kekurangan cairan (dehidrasi). Air adalah awal dan sumber kehidupan alam semesta. Allah turunkan air yang tidak asin dengan kadar tertentu agar mendatangkan kebaikan kepada manusia dan alam semesta. (QS Al-Waqi’ah [56]: 68-70).

Bumi yang kering akan kembali subur, binatang yang kehausan dan kepanasan akan tersenyum dengan air, dan tanam-tanaman akan tumbuh dengan subur serta rezeki akan melimpah tumbuh dari perut bumi. (QS [2]: 22, [7]: 57,dan [14]: 32).

Kapan makan dan minum yang paling nikmat? Yakni, ketika lapar dan haus. Itulah sebabnya Allah SWT mewajibkan kita puasa. Salah satunya, agar enak makan dan minum. Tetaplah lapar, karena hanya orang lapar yang mengerti arti sebutir nasi. Tetaplah haus karena hanya orang haus yang mengerti arti setetes air. Itulah makna bersyukur sebagai salah satu tujuan puasa. (QS [2]: 185).

Meskipun lapar dan haus, makan dan minumlah seperlunya (kebutuhan) dan jangan berlebihan. (QS [2]: 60, [7]: 31, [20]: 81). Bagi yang tidak enak makan, tak perlu minum obat nafsu makan. Tapi cukup dengan berpuasa, niscaya baik akibatnya (QS [2]: 184).

Makna berikutnya, makan yang enak adalah ketika makan bersama orang-orang lapar, baik karena puasa maupun kemiskinan. Memberi hidangan berbuka akan dibalas dengan pahala orang yang berpuasa. Begitu juga memberi makan anak yatim dan dhuafa. (QS [76]: 8-10).

Jangan makan bersama orang yang kenyang. Sebab, kenikmatan akan hilang dan akhirnya makanan dibuang-buang. Itulah kekufuran (QS [2]: 152) dan perbuatan setan (QS [17]: 26).

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/08/23/m97lmu-harga-segelas-air

5 Shalat Sunnah yang Bisa Dirutinkan

shalat_sunnahSegala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Amalan yang terbaik adalah yang ajeg (kontinu) walau jumlahnya sedikit. Begitu pula dalam shalat sunnah, beberapa di antaranya bisa kita jaga rutin karena itulah yang dicintai oleh Allah. Apa saja amalan shalat sunnah tersebut? Berikut kami sebutkan keutamaannya, semoga membuat kita semangat untuk menjaga dan merutinkannya.

Pertama: Shalat Sunnah Rawatib

Mengenai keutamaan shalat sunnah rawatib diterangkan dalam hadits berikut ini. Ummu Habibah berkata bahwa ia mendengar Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib) sehari semalam, akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim no. 728)

Dalam riwayat At Tirmidzi sama dari Ummu Habibah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ
Barangsiapa sehari semalam mengerjakan shalat 12 raka’at (sunnah rawatib), akan dibangunkan baginya rumah di surga, yaitu: 4 raka’at sebelum Zhuhur, 2 raka’at setelah Zhuhur, 2 raka’at setelah Maghrib, 2 raka’at setelah ‘Isya dan 2 raka’at sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi no. 415 dan An Nasai no. 1794, kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).

Yang lebih utama dari shalat rawatib adalah shalat sunnah fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh).  ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dua rakaat sunnah fajar (subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.”  (HR. Muslim no. 725)

Juga dalam hadits ‘Aisyah yang lainnya, beliau berkata,
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِأخرجه الشيخان
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat rawatib) Shubuh.” (HR. Bukhari no. 1169 dan Muslim no. 724)

Kedua: Shalat Tahajud (Shalat Malam)

Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. ” (QS. Az Zumar: 9). Yang dimaksud qunut dalam ayat ini bukan hanya berdiri, namun juga disertai dengan khusu' (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12: 115). Salah satu maksud ayat ini, “Apakah sama antara orang yang berdiri untuk beribadah (di waktu malam) dengan orang yang tidak demikian?!” (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 7/166). Jawabannya, tentu saja tidak sama.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ
Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa' no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata, "Shalat hamba di tengah malam akan menghapuskan dosa." Lalu beliau membacakan firman Allah Ta'ala,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, ..." (HR. Imam Ahmad dalam Al Fathur Robbani 18/231. Bab "تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ ")

'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhu berkata, "Satu raka'at shalat malam itu lebih baik dari sepuluh rakaat shalat di siang hari." (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma'arif 42 dan As Safarini dalam Ghodzaul Albaab 2: 498)

Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, "Barangsiapa yang shalat malam sebanyak dua raka'at maka ia dianggap telah bermalam karena Allah Ta'ala dengan sujud dan berdiri." (Disebutkan oleh An Nawawi dalam At Tibyan 95)

Ada yang berkata pada Al Hasan Al Bashri , "Begitu menakjubkan orang yang shalat malam sehingga wajahnya nampak begitu indah dari lainnya." Al Hasan berkata, "Karena mereka selalu bersendirian dengan Ar Rahman -Allah Ta'ala-. Jadinya Allah memberikan di antara cahaya-Nya pada mereka."

Abu Sulaiman Ad Darini berkata, "Orang yang rajin shalat malam di waktu malam, mereka akan merasakan kenikmatan lebih dari orang yang begitu girang dengan hiburan yang mereka nikmati. Seandainya bukan karena nikmatnya waktu malam tersebut, aku tidak senang hidup lama di dunia." (Lihat Al Lathoif 47 dan Ghodzaul Albaab 2: 504)

Imam Ahmad berkata, "Tidak ada shalat yang lebih utama dari shalat lima waktu (shalat maktubah) selain shalat malam." (Lihat Al Mughni 2/135 dan Hasyiyah Ibnu Qosim 2/219)

Tsabit Al Banani berkata, "Saya merasakan kesulitan untuk shalat malam selama 20 tahun dan saya akhirnya menikmatinya 20 tahun setelah itu." (Lihat Lathoif Al Ma'arif 46). Jadi total beliau membiasakan shalat malam selama 40 tahun. Ini berarti shalat malam itu butuh usaha, kerja keras dan kesabaran agar seseorang terbiasa mengerjakannya.

Ada yang berkata pada Ibnu Mas'ud, "Kami tidaklah sanggup mengerjakan shalat malam." Beliau lantas menjawab, "Yang membuat kalian sulit karena dosa yang kalian perbuat." (Ghodzaul Albaab, 2/504)
Lukman berkata pada anaknya, "Wahai anakku, jangan sampai suara ayam berkokok mengalahkan kalian. Suara ayam tersebut sebenarnya ingin menyeru kalian untuk bangun di waktu sahur, namun sayangnya kalian lebih senang terlelap tidur." (Al Jaami' li Ahkamil Qur'an 1726)

Ketiga: Shalat Witir

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751)

Keempat: Shalat Dhuha

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no.  720)
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 1007)

Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits berikut,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ »
Dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)

Imam Nawawi mengatakan,  “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at.” (Syarh Shahih Muslim, 5: 234)

Asy Syaukani mengatakan,  “Hadits Abu Dzar dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus menerus.” (Nailul Author, 3: 77)

Kelima: Shalat Isyroq

Shalat isyroq termasuk bagian dari shalat Dhuha yang dikerjakan di awal waktu. Waktunya dimulai dari matahari setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) setelah sebelumnya berdiam diri di masjid selepas shalat Shubuh berjama’ah. Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ
Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama'ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thobroni. Syaikh Al Albani dalam Shahih Targhib 469 mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirihi/ shahih dilihat dari jalur lainnya)

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama'ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka'at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

- Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna -

@ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 18 Shafar 1433 H
Artikel Kajian Umum di Dammam, KSA, 18 Shafar 1433 H
www.rumaysho.com

Khasiat Air Zam-Zam

air zam zam
Banyak mungkin yang sudah mengenal air zam-zam dan mungkin pula pernah menikmati kelezatannya. Namun, sebenarnya air yang satu ini punya khasiat yang tidak kita temui dalam air lainnya. Simak artikel faedah ilmu berikut.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz [1] -rahimahullah- pernah ditanya, “Apakah ada hadits shahih yang menjelaskan mengenai khasiat air zam-zam?”
Beliau –rahimahullah- menjawab, “Telah terdapat beberapa hadits shahih yang menjelaskan mengenai kemuliaan air zam-zam dan keberkahannya.

Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan.”[2]
Ditambahkan dalam riwayat Abu Daud (Ath Thoyalisiy) dengan sanad jayyid (bagus) bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
وَشِفَاءُ سُقْمٍ
Air zam-zam adalah obat dari rasa sakit (obat penyakit).[3]

Hadits-hadits di atas menunjukkan khasiat air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa pula menjadi obat penyakit. Air tersebut juga adalah air yang penuh keberkahan.
Termasuk sunnah adalah meminum beberapa dari air tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena di dalam air tersebut terdapat keberkahan. Air tersebut bisa menjadi makanan yang baik dan makanan yang diberkahi. Air tersebut disyari’atkan untuk dinikmati jika memang mudah didapatkan sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits-hadits tadi sekali lagi menunjukkan pada kita mengenai khasiat dan keberkahannya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Air itu bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan obat penyakit. Dianjurkan bagi setiap mukmin menikmati air tersebut jika memang mudah memperolehnya. Air tersebut juga bisa digunakan untuk berwudhu. Air tersebut bisa digunakan untuk beristinja’ (membersihkan kotoran setelah buang air, -pen). Air tersebut juga bisa digunakan untuk mandi junub jika memang ada kebutuhan untuk menggunakannya.

Dalam hadits dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengeluarkan air dari sela-sela jarinya. Kemudian para sahabat mengambil air tersebut untuk keperluan mereka. Ada yang menggunakannya untuk minum, berwudhu, mencuci pakaian dan beristinja’. Ini semua riil (nyata). Air yang dikeluarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sela-sela jarinya tadi, walaupun bukan air zam-zam, namun keduanya air yang sama-sama mulia. Jika diperbolehkan berwudhu, mandi, beristinja’, dan mencuci pakaian dengan menggunakan air yang keluar dari sela-sela jari tadi, maka air zam-zam boleh diperlakukan seperti itu.

Intinya, air zam-zam adalah air yang thohur (suci dan dapat mensucikan) dan air yang thayyib (sangat baik). Kita dianjurkan untuk meminum air tersebut. Tidak mengapa jika air tersebut digunakan untuk berwudhu’, mencuci pakaian, beristinja’ jika ada kebutuhan, dan digunakan untuk hal-hal lain sebagaimana yang telah dijelaskan. Segala puji bagi Allah. –Demikian penjelasan Syaikh Ibnu Baz-[4]

Intinya, khasiat air zam-zam sebagai berikut.

Pertama, air zam-zam adalah air yang penuh keberkahan. Air zam-zam adalah sebaik-baik air di muka bumi ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ
Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit.[5]
Boleh mengambil keberkahan dari air tersebut karena hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dianjurkan bagi orang yang meminum air zam-zam untuk memerciki air tersebut pada kepala, wajah dan dadanya. Sedangkan ngalap berkah dari benda-benda lainnya –seperti dari keris, keringat para Kyai dan batu ajaib-, maka seperti ini adalah ngalap berkah yang tidak berdasar karena tidak ada petunjuk dari Al Qur’an dan As Sunnah sama sekali.

Kedua, air zam-zam bisa menjadi makanan yang mengenyangkan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan.”[6]

Ketiga, air zam-zam bisa menyembuhkan penyakit. Sampai-sampai sebagian pakar fiqih menganjurkan agar berbekal dengan air zam-zam ketika pulang dari tanah suci untuk menyembuhkan orang yang sakit. Dalilnya, dulu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah membawa pulang air zam-zam (dalam sebuah botol), lalu beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan seperti ini. Diriwayatkan dari yang lainnya, dari Abu Kuraib, terdapat tambahan,
حَمَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الأَدَاوَى وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلَى الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa air zam-zam dalam botol atau tempat air. Ada orang yang tertimpa sakit, kemudian beliau menyembuhkannya dengan air zam-zam.”[7]

Keempat, do’a bisa terkabulkan melalui keberkahan air zam-zam
Hendaklah seseorang memperbanyak do’a ketika meminum air zam-zam. Ketika meminumnya, hendaklah ia meminta pada Allah kemaslahatan dunia dan akhiratnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
Air zam-zam sesuai keinginan ketika meminumnya.[8] [Maksudnya do’a apa saja yang diucapkan ketika meminumnya adalah do’a yang mustajab]. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ketika meminum air zam-zam, beliau berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً ناَفِعاً ، وَرِزْقاً وَاسِعاً وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon waasi’an wa syifa-an min kulli daa-in” [Ya Allah, kami memohon kepada-Mu, ilmu yang bermanfaat, rizqi yang melimpah, dan kesembuhan dari setiap penyakit]. Namun riwayat ini adalah riwayat yang dho’if (lemah).[9]

Catatan: Para ulama bersepakat bolehnya menggunakan air tersebut untuk bersuci. Namun mereka mengatakan sebisa mungkin dijauhi untuk hal-hal yang rendah seperti membersihkan najis dan semacamnya[10]. Al ‘Allamah Al Bahuti rahimahullah dalam Kasyful Qona’ mengatakan,
كَذَا يُكْرَهُ ( اسْتِعْمَالُ مَاءِ زَمْزَمَ فِي إزَالَةِ النَّجَسِ فَقَطْ ) تَشْرِيفًا لَهُ ، وَلَا يُكْرَهُ اسْتِعْمَالُهُ فِي طَهَارَةِ الْحَدَثِ
“Dimakruhkan menggunakan air zam-zam untuk menghilangkan najis saja, dalam rangka untuk memuliakan air tersebut. Sedangkan menggunakannya untuk menghilangkan hadats[11] tidaklah makruh.”[12]
–Pembahasan terakhir ini kami terinspirasi dari penjelasan “Mawqi’ Al Islam As Su-al wal Jawab (Situs Tanya Jawab Islam)[13]-
Faedah Ilmu yang ditorehkan di Panggang, Gunung Kidul,
di pagi hari penuh berkah, 26 Syawwal 1430 H

Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com


[1] Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz lahir pada tahun 1330 H di kota Riyadh. Dulunya beliau memiliki penglihatan. Kemudian beliau tertimpa penyakit pada matanya pada tahun 1346 H dan akhirnya lemahlah penglihatannya. Pada tahun 1350 H, beliau buta total. Beliau telah menghafalkan Al Qur’an sebelum baligh. Beliau sangat perhatian dengan hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu tersebut. Beliau pernah menjabat sebagai Mufti ‘Aam Kerajaan Saudi Arabia dan Ketua Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia). Beliau meninggal dunia pada hari Kamis, 27/1/1420 H pada umur 89 tahun. (Sumber: http://alifta.net/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=2)
[2] HR. Muslim dalam Kitab Keutamaan Para Sahabat, Bab Keutamaan Abu Dzar, no. 4520.
[3] HR. Abu Daud Ath Thoyalisiy dalam musnadnya no. 459. Dikeluarkan pula oleh Al Haitsamiy dalam Majma’ Az Zawa-id, 3/286 dan Al Hindiy dalam Kanzul ‘Ummal, 12/34769, 3480.
[4] Sumber: http://www.ibnbaz.org.sa/mat/3417
[5] Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 1056. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.
[6] HR. Muslim no. 4520.
[7] Diriwayatkan oleh Al Baihaqiy dalam Sunanul Kubro 5/202 dan Syu’abul Iman 3/1502. Kholad bin Yazid bersendirian. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 883 mengatakan bahwa hadits ini shahih karena memiliki penguat dari jalur Abu Zubair.
[8] HR. Ibnu Majah, 2/1018. Lihat Al Maqosid Al Hasanah, As Sakhowiy hal. 359. [Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1165]
[9] Lihat Dho’if At Targhib no. 750, Syaikh Al Albani.
[10] Penjelasan ini sebagai koreksi dari penjelasan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz -rahimahullah- sebelumnya.
[11] Perbedaan hadats dan najis: Najis adalah sesuatu yang konkrit seperti kotoran manusia dan air kencing. Sedangkan hadats adalah sesuatu yang abstrak (menunjukkan keadaan seseorang) seperti dalam keadaan junub atau belum berwudhu sehabis buang air.
[12]Kasyful Qona’, 1/50, Mawqi’ Al Islam
[13] Lihat link: http://www.islamqa.com/ar/ref/1698

Dahsyatnya Ramalan Rasulullah

Sampul depan buku Dahsyatnya Ramalan Rasulullah.
Sampul depan buku Dahsyatnya Ramalan Rasulullah.


REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sejumlah ayat, Allah SWT menyebutkan beberapa peristiwa yang akan terjadi pada masa depan. Terbukti, peristiwa itu benar-benar terjadi.

Contohnya, janji Allah yang akan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin saat Perang Badar dan mengenai ditaklukkannya kekaisaran Romawi.

Demikian pula dengan Rasulullah SAW. Dalam sejumlah kesempatan, Rasul sering menyebutkan beberapa peristiwa yang akan terjadi. Beberapa sabda Rasul itu diungkapkan dengan kata pembuka “Saya’ti zamanun ... (akan datang suatu masa ...).”

Kata ini digunakan untuk menunjukkan bahwa peristiwa itu akan terjadi pada masa mendatang, bukan pada masa Rasul SAW. Akan tetapi, banyak pula hadis Nabi yang menyebutkan beberapa peristiwa pada zaman Rasul dan para sahabatnya.

Berbagai peristiwa itu terekam dengan baik dalam sejumlah hadis sahih yang diriwayatkan oleh ahli hadis yang tepercaya, seperti Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Abu Dawud.

Hadis mengenai prediksi atau ramalan Rasulullah kemudian dipilah secara apik oleh Syaikh Musthafa Muhammad Abu al-Mu’athi dalam kitabnya “Nubuwwat ar-Rasul” yang diterjemahkan dengan judul “Dahsyatnya Ramalan Rasulullah” dan diterbitkan oleh Salamadani, Bandung.

Pengarang membagi pembahasan buku setebal 326 halaman ini dalam lima tema (bab) besar dengan 142 topik bahasan. Pada bab pertama, pengarang menempatkan kisah mengenai kondisi sahabat dan keluarga Rasul sebagai pembukanya.

Dalam bab pertama, dibahas tentang ramalan Nabi menyangkut kisah Umar yang diberikan ilham dan kesyahidannya. Lalu, ada kisah Ali bin Abi Thalib dan keluarganya setelah wafatnya beliau. Kemudian, ada kisah tentang keluarga terdekat Rasul, seperti Ibnu Abbas, Abu Dzar, dan Abu Hurairah. Juga, tentang nasib cucu Nabi, Hasan bin Ali yang menjadi pendamai umat Islam dan Husain bin Ali yang terbunuh.

Selain itu, juga tentang Fatimah az-Zahra, sebagai orang pertama dari anggota keluarga beliau yang akan meninggal dunia setelah Rasulullah. Pengarang buku ini secara gamblang menuliskan prediksi tersebut berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh para perawi hadis terkemuka.

Pada bab kedua, pengarang menuliskan tentang penaklukan negeri-negeri dan terbunuhnya orang-orang kafir yang ter kemuka. Misalnya, tentang jatuhnya pembesar Quraisy di Perang Badar. Dalam bab ketiga, pengarang membahas tentang prediksi Rasul akan umatnya setelah beliau tiada. Dalam bab ini, di antaranya dibahas mengenai seruan azan yang dilakukan oleh orang-orang kecil, sementara orang-orang besar (elite) akan mempermasalahkannya dan bahkan membencinya.

Dalam bab keempat, dibahas tentang pemimpin atau penguasa sepeninggal Rasul SAW. Di antaranya, kepemimpinan para sahabat dan tabiin (orang sesudah sahabat). Dan, pada bab kelima, pengarang menempatkan tentang fitnah- fitnah yang akan dialami umat Islam dan ciri-ciri umat pada akhir zaman. Di antaranya, tentang turunnya Nabi Isa AS, kisah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, serta munculnya binatang melata.

Dengan berbagai prediksi Rasul yang sebagian besar sudah terbukti kebenarannya, buku ini sangat laik dibaca dan dimiliki oleh umat Islam sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan saat ini dan akan datang. Selain itu, kita juga bisa mengambil pelajaran melalui peristiwa-peristiwa yang sudah diramalkan itu agar dapat mempersiapkan diri menjadi lebih baik lagi.

Judul         : Dahsyatnya Ramalan Rasulullah
Penulis     : Syaikh Musthafa Muhammad Abu al-Mu’athi
Penerbit  : Salamadani, Bandung
Halaman  : xvii+326
Cetakan  : Pertama, Mei 2012


*http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/10/12/mbrpt1-nubuwah-sang-rasul

Inovasi Beramal


“Sembahlah Tuhanmu sampai datang suatu keyakinan kepadamu.”
(Al-Hijr : 99)

Saudaraku, coba kita ingat dikala kita memilki sebuah baju baru yang merek dan modelnya belum ada yang menggunakannya selain kita, ada sedikit bangga bahkan sangat bangga yang kita rasakan, karena kita mampu tampil beda dan lebih baik dari orang lain. Terasa sakit hati ini bila tidak ada yang memperhatikan atau menanyakan harganya. Lama kelamaan baju seperti yang kita miliki itu juga digunakan oleh orang lain, hati kita sudah mulai biasa-biasa karena memang baju kita sudah mulai buram, sudah kena tinta dikantongnya, kerahnya sudah banyak kata-kata mutiaranya atau kancingnya sudah ada yang lepas. 

Kita mulai menyadari diri kita bahwa bukan kita saja yang bisa membelinya. Akhirnya setiap hari kita menggunakan baju tersebut dengan perasaan yang biasa-biasa, sudah kita anggap sebagai suatu kebutuhan bukan alat pamer lagi. Di lain waktu hasrat untuk membeli yang baru muncul lagi. Begitulah seterusnya.
Gambaran diatas hanyalah sebuah contoh bagaimana kita beramal. Di saat kita mulai mencoba sebuah amalan dari ilmu yang kita dapatkan, diri ini juga turut sibuk untuk dipuji atas amal yang kita lakukan. Saat pertama menemukan titik balik kehidupan, sudah bisa shalat teratur, puasa senin kamis atau bisa bersedekah, belum puas rasanya kalau tidak ada orang yang melihat dan menilai tingkat ketaqwaannya.

Disisi lain dia yakin Allah Maha Pengawas dan tidak patut untuk disekutukan, tapi gejolak rindu sanjungan masih terus menggoda dihati. Saudaraku, bila muncul perasaan begini jangan pernah berhenti untuk beramal. Inilah hidayah, jaga hidayah itu! Allah akan mengajarkan kita ilmuNya yang lain disaat setiap kali kita mengamalkan ilmunya. Jangan karena takut riya kita berhenti beramal! Syaitan akan bertepuk tangan kegirangan karena kita berhenti beramal. Toh mereka juga tidak akan bertanggung jawab atas kelalaian kita di akhirat kelak.

Semakin hari, kita semakin sadar bahwa amal akan sia-sia bila kita barengi dengan sikap pamer dan bangga diri. Tapi rasa tersebut tetap saja ada di relung qolbu kita. Memang teras begitu rumit, tapi bagi orang yang meyakini dengan ilmu yang lain justru inilah ilmu yang sedang diajarkan oleh Allah kepada kita.
Dalam surah As-syamsi Allah menegaskan “Fa’al hamaha fujuraha wataqwaha”. Allah telah menginstal kedalam qolbu kita kejahatan dan ketaqwaan. Lintasan-lintasan pikiran yang buruk memang sangat mengganggu sekali, padahal kita tidak pernah merencanakan. Saat kita melihat orang yang lebih baik dari kita, pikiran langsung merespon hal yang negative dan positif tergantung magnet mana yang paling kuat dalam jiwa kita.

Itulah sebabnya Rasulullah mengajarkan kita tentang 7 sunnah yang baik diamalkan, yang salah satunya adalah memperhebat istighfar. Benar-benar lintasan pikiran jahat akan menjadi ladang istighfar bila kita mengetahuinya. Semoga Allah mengganti keburukan pikiran kita dengan kebaikan yang berlipat-lipat ganda banyaknya.

Saudaraku yang Budiman, jangan menyangka bahwa dengan mengirimkan artikel ini menunjukkan saya lebih mulia dari anda semua. Sama sekali tidak. Saya hanya seorang perajut perca-perca ilmu yang berserakan yang Allah tebar dimuka bumi ini. Semakin sadar bahwa hanya Allahlah pemilik ilmu Maha Luas. “Ah, ternyata saya jago juga menulis ya,..Alhamdulillah email saya ada yang merespon,… syukurlah saya bisa berhikmah dan menampakkan keilmuan saya,” demikianlah lintasan-lintasan bisikan dalam hati ini yang ingin sekali saya hapus. Inilah yang bisa membuat kita menangis disaat seusai shalat.

Kita Harus banyak beristighfar dan bertaubat. Karena Allah ini benar-benar berbuat menurut Kehendaknya. Suka-Sukanya. Tapi suka-suka Dia beda dengan suka-suka kita, Kalau kita suka-suka karena nafsu kita, tapi Allah suka-suka dengan KebijaksanaanNya. Kalau tidak pandai dalam menyikapi lintasan ini maka kita akan berada dalam kehinaan dan kegagalan hidup. Jatuh bangun aku mengejarmu…demikian syair sebuah lagu dangdut. Karena inilah hidup.

Rasulullah SAW menggambarkan Qolbu kita seperti sehelai bulu ayam di tengah lapangan yang diterpa angin, mudah sekali terbolak-balik karena makna Qolb itu sendiri adalah terbolak balik, sehingga walau di Manajemen Qolbu bagaimanapun dia akan terbolak-balik, tapi bukan berarti kita harus menyerah begitu saja, berhenti shalat sunnat rawatib, berhenti sedekah, berhenti tahajud, berhenti puasa. Jangan saudaraku,..jangan…teruskan saja. Itulah sebabnya Rasulullah SAW sampai 70 kali beristighfar kepada Allah dalam sehari semalam.

Hati ini benar-benar rahasia Allah dan diri kita sendiri saja yang tahu. Bahkan para Malaikat yang mencatat amal kita tidak tahu niatan dalam hati kita. Jangan heran bila kita pernah mendengar bagaimana Allah melempar amalan seorang hamba yang dibawa oleh Malaikat karena amalannya tidak ikhlas.

Saudaraku, inti ibadah adalah Do’a. Otak Ibadah adalah Do’a. Senjata umat islam adalah do’a. Inilah beberapa sabda Rasulullah yang patut diamalkan seiring dengan amalan kita yang lainnya. Perbanyak berdo’;a agar hati kita tidak dicondongkan kepada kefujuran (keburukan), amalan kita bukan jaminan untuk memasukkan kita dalam jannahNya, amalan kita buat kebaikan kita sendiri, sebagai rahmatan lil alamin, Pengampunan Allah-lah yang justru kita harus gembor-gemborkan.

Nah, kenapa kita berhenti beramal? Kenapa kita sudah puas dengan amalan kita saat ini? Coba-terus, inovasi terus amal kita. Orang yang bernaluri inovasi akan selalu rindu syariat. Iringi terus dengan istighfar agar pakaian amal kita sudah menjadi kebutuhan bagi diri kita. Bukan untuk pamer lagi. Shalat yang duu kita pamer-pamerkan kini sudah menjadi sebuah kebutuhan rohani kita lagi. Terasa berat bila ditinggalkan. Karena kita semakin sadar bahwa kita bukan apa-apa didunia ini.

Ilmu kita yang kian banyak dari setiap amalan kita harus mampu mencapai hakikatnya, yakni kesadaran diri. Seorang ahli komputer setinggi apapun ilmunya harus bisa menyadri dirinya bahwa ia bukanlah apa-apa bila dibanding Penciptanya. Awaluddin Ma’rifatullah, Ma’rifatullah Ma’rifatunanfs. Awal agama adalah mengenal Allah, Untuk Mengenal Allah maka kenalilah diri sendiri (nafs).

Sumber Foto :http://www.flickr.com/photos/irwanizam/4855442311/sizes/n/in/photostream/
Sumber  Artikel : http://salimahsekadau.blogspot.com/

Bertambah Ilmu = Bodoh

Suatu hikmah yang perlu kita perhatikan sebagai Thalabul ‘Ilmi. Suatu petikan dari salah satu Imam Mazhab yang empat, yaitu Imam Asy-Syafi’i:

“Setiap bertambah ilmuku, maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.”

Mari kita renungi bersama. Kita bandingkan dengan diri kita. Seringkali kita ketika mempunyai ilmu baru, kita merasa semakin pintar dan sombong. Berusaha menunjukkan kepintaran kita di hadapan orang lain. Bahkan tidak jarang digunakan untuk mendebat orang-orang yang belum tahu.

“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau berbangga di depan ulama, atau mencari perhatian manusia kepadanya, maka dia di neraka.” (HR. Ibnu Majah No. 253. At Tirmidzi No. 2654)

Ada satu nasehat dari kawan beberapa waktu lalu, “Hindarilah perasaan takjub pada diri sendiri.”
Perasaan takjub yang bisa berupa ilmu, prestasi, karya, maupun fisik. Selain akan menimbulkan rasa ujub (sombong dan merendahkan orang lain), itu juga bisa menghambat kita untuk bersyukur dan melangkah lebih jauh lagi.


Mari kita belajar dari sifat padi. Semakin banyak isinya, semakin pula ia menunduk (tawadhu’).

Sumber : http://www.ikhwahgaul.com/bertambah-ilmu-bodoh/

Bahaya Tidur Dengan TV Menyala atau Sambil Mendengarkan Musik

Tidur merupakan kebutuhan alami manusia. Dengan tidur yang berkualitas, metabolisme tubuh ditata kembali. Kita juga memiliki kesempatan untuk melakukan regenerasi / mengganti sel-sel tubuh yang mati.



Nah tahukah Anda, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas? Salah satu caranya adalah dengan memadamkan lampu di waktu tidur normal (9 malam hingga 8 pagi) demi mendapatkan hormon melatonin secara maksimal.

Hormon Melatonin

Adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar pineal didalam otak yang pembentukannya dipicu oleh gelap dan berfungsi mengatur bioritme atau irama tubuh dalam hal pengaturan tidur.

Kadarnya paling tinggi ditemukan menjelang pagi hari sekitar jam 02.00 – 04.00 dan paling rendah di sore hari. Ini juga menjawab kenapa orang semakin bertambah usia semakin sedikit tidurnya, karena secara alamiah, produksi hormon melatonin ini juga akan mengalami penurunan, sejalan dengan pertambahan usia manusia.

Penurunan yang drastis biasanya terjadi sekitar usia 40 tahun sehingga dengan menurunnya hormon ini maka kualitas tidurpun akan menurun dan sering berefek pada kesulitan tidur.


Manfaat lain melatonin adalah sebagai anti oksidan yang larut dalam lemak dan air, meningkatkan imun tubuh menimbulkan relaksasi otot dan membantu meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan. Jadi sebaiknya kalau tidur lampu dimatikan agar bisa memaksimalkan produksi melatonin.

Memang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman, atau bahkan tidak dapat tidur pada kondisi gelap. Namun jika melihat manfaat atau dampaknya, hal ini perlu diperhatikan juga. Antara lain dengan tidak tidur di bawah pencahayaan langsung (dari lampu kamar), terutama bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Matikan Televisi dan Musik

Kebiasaan tidur sambil mendengarkan musik, atau menonton televisi sampai tertidur, atau membiarkan lampu di ruangan menyala terang, memang sulit dihilangkan dan menurut sebagian orang kondisi seperti itu membuat mereka menjadi lebih cepat tertidur.



Tetapi pada kenyataannya setelah terbangun mereka merasa lebih tegang (stress). Bahkan ada yang merasa seperti tidak tidur semalaman.

Penjelasannya :
Pada saat kita tidur sebetulnya otak tidak pernah tidur. Otak selalu menjalankan aktivitasnya walaupun tidak sesibuk seperti di saat bangun, yaitu menjalankan sistem metabolisme tubuh.

Pada malam hari, seiring menurunnya aktivitas tubuh, ritme gelombang otak pun mengalami penurunan. Namun apabila kita tidur sambil mendengarkan musik, televisi dalam keadaan hidup atau lampu ruangan sedang menyala terang, maka gelombang suara atau cahaya yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tetap diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan kita.

Gelombang suara diterima oleh alat pendengaran di dalam telinga dan gelombang cahaya tetap dapat menembus kelopak mata dan diterima oleh retina dan lensa mata. Gelombang-gelombang tersebut akan diteruskan ke otak kita. Otak yang harusnya beristirahat akan kembali terangsang untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk.


Apabila hal ini berlangsung sepanjang malam, berarti kita hanya tidur menurut tubuh luar, tetapi tidak menurut otak. Otak akan terus bekerja mengolah informasi yang masuk tersebut. Jadi jangan biarkan otak Anda kelelahan karena harus tetap bekerja pada malam hari, sedangkan di siang hari otak juga akan diperas oleh kegiatan rutin kita.

Sumber : http://www.beritaunik.net/unik-aneh/bahaya-tidur-dengan-tv-menyala-atau-sambil-mendengarkan-musik.html

MANFAAT TIDUR DALAM GELAP



imageAhli biologi Joan Robert, Ia mengatakan bahwa tubuh baru bisa memproduksi hormon melatonin ketika tdk ada cahaya, Hormon ini adalah salah satu hormon kekebalan tubuh yang mampu memerangi & mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker payudara dan kanker prostat..

Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala d malam hari, sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melatonin terhenti..

Pentingnya tidur di malam hari dengan mematikan lampu juga diteliti oleh para ilmuwan dari inggris dan israel, Peneliti menemukan bahwa ketika cahaya dihidupkan pada malam hari, bisa memicu ekpresi berlebihan dari sel-sel yang dikaitkan dengan pembentukan sel kanker.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia yang diadakan di London juga menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Hal ini telah dikabarkan Rasulullah sejak 14 abad silam :
“PADAMKANLAH LAMPU dI MALAM HARI APABILA KAMU AKAN TIDUR, Tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman” (HR.Muttafaq’alaih)..

Mari Hidup sehat ala Rasulullah
Indahnya IslamKu ..



بَارَكَ اللَّهُ فِيْكُ

Sumber : http://www.salimah.or.id/manfaat-tidur-dalam-gelap/

KY: 'Dua dari Tiga Hakim Masuk Neraka'

Anggota Komisi Yudisial Taufiqurrahman Syahuri mengingatkan kepada para calon hakim, saat memberi pembekalan kepada 20 calon hakim di Pengadilan Negeri Kudus, Jawa Tengah, Jumat (8/11).
Dalam agama Islam dalam Haditz Riwayat Abu Dawud, At Thawawi, kata Taufiq, agama telah mengingatkan bahwa dua dari tiga hakim masuk neraka.
"Dua dari tiga hakim masuk neraka. Seorang hakim yang mengetahui Al Haq, lalu ia memutuskan perkara kebenaran haq), maka ia masuk surga. Ada pun laki-laki yang mengetahui Al Haq, tapi ia tidak memutuskan perkara dengannya, maka ia masuk neraka.
Sedangkan seseorang yang tidak mengetahui al haq lalu ia memutuskan perkara manusia dengan kebodohannya maka ia juga masuk neraka," katanya.
Hakim adalah jabatan yang mulia sekaligus penuh risiko. Mulia, karena ia bertujuan menciptakan ketentraman dan keadilan di dalam masyarakat.
Penuh risiko, sebab di dunia ia akan berhadapan dengan mereka yang tidak puas dengan keputusannya, sedangkan di akhirat diancam dengan neraka jika tidak menetapkan keputusan sesuai dengan yang seharusnya.
Taufiq juga mengingatkan, semua calon hakim ini agar nantinya jika sudah menjadi hakim untuk menjaga perilaku sehingga tidak berurusan dengan KY untuk diperiksa karena diduga melanggar kode etik.
Sedangkan, Ketua PN Kudus Suko Priyo Widodo mengatakan bahwa semua hakim pasti tidak mau berurusan dengan KY karena dilaporkan oleh masyarakat.Dia juga meminta KY untuk melakukan seleksi terhadap laporan yang masuk, karena hakim yang dilaporkan itu karena tidak terima kasusnya dikalahkan.

"Setiap menerima putusan pasti ada yang ketawa dan kecewa. Untuk itu perlu dipilah apakah itu hanya kecewa ataukah memang ada pelanggaran," kata Suko. Namun dia setuju dengan hakim yang brengsek harus dimusnahkan karena membuat nama jelek hakim lainnya.

*http://www.pkspiyungan.org/2013/11/ky-dua-dari-tiga-hakim-masuk-neraka.html

Rekam Malam Pertama, Pria Saudi Ceraikan Istrinya

Ilustrasi kamera - Sony
Seorang pria asal Arab Saudi menceraikan istrinya setelah mengetahui bahwa wanita yang dinikahinya itu merekam malam pertama mereka secara sembunyi-sembunyi. Rekaman terlarang itu kemudian tersebar ke dunia maya, karena kamera yang dipakai tertinggal di hotel tempat mereka bermalam.

Laman GulfNews, Kamis (7/11), melansir pasangan tersebut baru saja mengadakan resepsi pernikahan di sebuah hotel. Namun, saat malam pertama, sang istri meletakkan sebuah kamera di dalam kamar secara diam-diam untuk merekamnya.

Menurut situs berbahasa Arab, Okaz Al Youm, saat meninggalkan kamar hotel, sang istri lupa membawa serta kamera miliknya. Seorang pegawai hotel yang tengah membereskan kamar itu lalu menemukan kamera tersebut, membuka isinya dan menguploadnya ke internet.

Polisi yang menelusuri kasus tersebut kemudian berhasil menangkap pasangan itu dan si pegawai hotel. Setelah dimintai keterangan, polisi lalu membebaskan sang suami, sementara si istri dan pegawai hotel tetap ditahan.

Namun, sebelum meninggalkan kantor polisi, sang suami menceraikan istri yang baru dinikahinya itu karena merasa malu dan dianggap melanggar hak privasinya.

Kasus ini dan kasus serupa yang beberapa kali terjadi di tanah air menunjukkan fenomena yang amat bertentangan dengan panduan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah melarang suami istri menceritakan hubungan keduanya kepada orang lain. Rasulullah menyebut suami atau istri yang ‘membocorkan’ rahasia itu seperti setan laki-laki dan setan perempuan. Nah, jika menceritakan dengan kata-kata saja dilarang, apalagi jika merekam dan menyebarkannya.

Rasulullah bersabda yang artinya, "Termasuk orang yang paling jelek di sisi Allah kedudukannya pada hari kiamat yaitu lelaki yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya, kemudian ia menyebarkan rahasianya." (HR. Muslim) [AM/Okz/Glf]

*http://www.bersamadakwah.com/2013/11/rekam-malam-pertama-pria-saudi-ceraikan.html

Cuci Baju dan Masak, Kewajiban Istri?


Assalamu'alaikum
Ustadzah, apakah benar dalam Islam tidak ada kewajiban mencuci baju suami dan memasakannya makanan? Bagaimana dengan pandangan konservatif soal kewajiban istri ini? Terima kasih.
Wassalamu'alaikum

INDRIANI, JAKARTA

Wa'alaikumussalam
Pertanyaan ini sangat menarik, karena tradisi yang berkembang di masyarakat kita di antara kewajiban seorang istri adalah mengurus rumah tangga dengan pekerjaan mencuci, memasak, dan lainnya. Sementara tradisi yang berkembang di Timur Tengah, yang biasa belanja ke pasar adalah para suami, dan pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab suami dengan menggaji pekerja rumah tangga.

Lalu benarkah dalam Islam tidak ada kewajiban melakukan itu semua bagi seorang istri? Para ulama berbeda pandangan dalam hal ini sebab tidak ada dalil secara eksplisit yang menyebutkan kewajiban memasak dan mencuci dibebankan kepada istri atau menjadi tanggung jawab suami.

Apakah istri wajib melakukan pekerjaan rumah? Abdul Majid Mahmud Mathlub dalam kitabnya Al-Wajiz Fi Ahkamil Usroh al-Islamiyah dan Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa sebagian fuqaha berpandangan seorang suami tidak boleh menuntut istrinya secara hukum untuk melakukan pekerjaan rumah. Karena akad nikah yang terlaksana antara mereka berdua hanya bermaksud menghalalkan bergaul antara suami istri untuk menjaga kehormatan diri dan menghasilkan keturunan.

Pekerjaan rumah seperti mencuci dan memasak termasuk dalam ruang lingkup kewajiban yang harus disediakan suami dalam kehidupan rumah tangga. Pandangan ini diwakili oleh mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan az-Zhahiriyah. Adapun riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa istri harus melayani suaminya hanya menunjukkan sifat kerelaan dan keluhuran budi.

Seperti kisah Asma’ binti Abu Bakar yang dinikahi oleh az-Zubair yang miskin tidak memiliki harta dan budak, sehingga Asma' turut mengambil air, memberi makan kuda, membuat roti, bahkan membawa biji-biji kurma di atas kepalanya dari kebun Zubair yang diberi Rasulullah saw.

Imam Nawawi mengomentari kisah ini dalam Syarh an-Nawawi. “Semua ini termasuk kepatutan (apa yang telah dilakukan Asma’ binti Abu Bakar tersebut), bahwa wanita melayani suaminya dengan hal-hal yang telah disebutkan itu (seperti memasak, mencuci pakaian, dan lainnya), semua itu merupakan sumbangan dan kebaikan wanita kepada suaminya, pergaulan yang baik, perbuatan yang makruf, yang tidak wajib sama sekali atasnya, bahkan seandainya ia tidak mau melaksanakannya maka ia tidak berdosa.”

Dalam haditsnya, Rasulullah menjelaskan tentang tanggung jawab kepemimpinan. “Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Imam itu pemimpin dalam keluarganya, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya, bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya,” (HR Bukhari).

Abdul Halim Abu Syuqqoh dalam Tahrirul Mar’ah mengomentari kalimat “Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya”. Menurutnya, bukan berarti wanita harus melaksanakan sendiri semua tugas rumah tangganya, mulai dari menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika hingga membersihkan rumah. Tapi yang dimaksud adalah, semua itu merupakan tanggung jawab (pengawasannya), namun bisa dilaksanakan orang lain seperti pekerja rumah tangga (pembantu), anak-anak, kerabat atau dibantu suaminya sendiri. Maka semua itu bergantung pada kemampuan nafkah dan finansial suami, juga kesempatan dan kemampuan istri untuk melaksanakannya dengan tidak mengabaikan tugas utama yang lainnya, yaitu merawat anak-anak dan mendidiknya dengan baik.

Sementara fuqaha yang lain berpendapat, melayani suami dan melakukan pekerjaan rumah merupakan kewajiban istri. Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Thabrani, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang perempuan telah mengerjakan shalat fardhu lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.”

Maka seorang istri, ketika diperintahkan suaminya untuk mencuci dan memasak, ia harus menaatinya. Karena melayani suami dengan memasakkan makanan dan mencuci pakaiannya merupakan bagian dari ketaatan pada suami. Nabi saw dan para sahabat Nabi menyuruh istri-istrinya membuatkan roti, memasak, membersihkan tempat tidur, menghidangkan makanan, dan sebagainya. Tidak seorang pun dari mereka yang menolak pekerjaan tersebut.

Terlepas dari dua pandangan yang berbeda tersebut, pada prinsipnya, hubungan suami istri dalam Islam dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang, saling percaya, saling tolong menolong dalam suka dan duka. Seluruh urusan dalam rumah tangga berlandaskan saling ridha dan musyawarah. Masing-masing pihak ikhlas menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Mereka harus saling menasihati, saling membantu untuk menunaikan tanggung jawab kehidupan suami istri serta pemeliharaan anak-anak dan pendidikan mereka dalam setiap situasi dan kondisi. Rumah tangga tidak akan harmonis jika hubungan yang dibangun atas penuntutan hak, bersifat hitam putih, kaku dan saklek.

Semoga Allah memberkahi istri-istri yang menghabiskan hari-harinya untuk mendidik anak dan memelihara rumah tangganya dengan mengharapkan ridha Allah semata. Dan semoga Allah memberkahi suami-suami yang menghabiskan masa hidupnya dalam berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, anak-anaknya, dan tulus membantu istrinya dalam mengerjakan tugas-tugas rumahnya. Semoga Allah meridhai rumah tangga yang dibangun atas azas wata’awanu ‘alal birri wat taqwa, saling menolong dalam perbuatan kebaikan dan ketakwaan. Wallahu a’lam.


Sumber : http://www.ummi-online.com/berita-746-cuci-baju-dan-masak-kewajiban-istri.html

3 Keutamaan Sedekah untuk Orang Tua yang Telah Meninggal Dunia

Ilustrasi sedekah untuk orang tua (foto tahajud.net)
Kesempatan berbakti kepada orang tua (birrul walidain) masih terbuka anak, meskipun orangtuanya telah meninggal dunia. Salah satu bentuknya, dengan bersedekah untuk mereka. Yakni bersedekah yang diniatkan (pahalanya) untuk orangtua.

Berikut ini hadits-hadits shahih yang menjelaskan keutamaan sedekah untuk orang tua yang telah meninggal dunia:


أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak. Saya menduga, jika ia bisa bicara, ia akan bersedekah. Apakah ia bisa mendapatkan pahala jika saya bersedekah untuknya?" Beliau menjawab, "Ya." (HR. Bukhari)

إِنَّ أُمِّىَ افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَإِنِّى أَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَلِىَ أَجْرٌ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga, jika ia bisa berbicara ia akan bersedekah, apakah ada pahala baginya jika aku bersedekah untuknya?" Beliau menjawab, "Ya" (HR. Muslim)

أَنْبَأَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa'ad bin Ubadah r.a. sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?" Beliau menjawab, "Ya." Ia berkata, "Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku." (HR. Bukhari)

أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ أَبِى مَاتَ وَتَرَكَ مَالاً وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ
Seseorang berkata kepada Nabi, "Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan) nya?" Beliau menjawab, "Ya" (HR. Muslim)

Dari hadits-hadits di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bersedekah untuk orangtua yang telah meninggal dunia memiliki 3 keutamaan:
1. Pahala sedekah sampai kepada orangtua yang telah meninggal dunia
2. Sedekah tersebut bermanfaat/berguna bagi orangtua yang telah berada di alam barzah
3. Sedekah tersebut dapat menjadi penebus kesalahan orangtua

Wallahu a'lam bish shawab. [Disarikan bersamadakwah dari Fadha'il A'mal (Ash Shahih al Musnad min Fadha'il A'mal) karya Ali bin Muhammad Al Maghribi] 

*http://www.bersamadakwah.com/2013/11/3-keutamaan-sedekah-untuk-orang-tua.html

Jima’ di Malam Jum’at = Membunuh Kafir dalam Jihad, Benarkah?

Kamar suami istri (foto homedit.com)
Sebagian masyarakat meyakini bahwa berhubungan suami istri di malam Jum’at pahalanya sama dengan membunuh orang kafir dalam jihad. Bahkan, bukan hanya membunuh satu orang kafir tetapi 40 orang kafir. Pemahaman seperti itu bertahan hingga sekarang, diantaranya karena masih ada muballigh yang menyampaikan bahwa ada hadits Nabi yang menjelaskan demikian.

Benarkah ada hadits yang menjelaskan keutamaan jima’ di malam Jum’at seperti itu?

Habib Munzir Al Musawa pernah ditanya oleh salah seorang jama’ahnya yang bernama Arasy, “Ya habib yang kumuliakan dan kusayangi, ada hadits barang siapa yang berhubungan suami istri pada malam senin dan jum`at maka seperti membunuh 40 orang kafir. Bunyi haditsnya bagaimana?”

Habib Munzir menjawab, “Saudaraku yang kumuliakan, saya tak menemukan riwayat hadits shahih akan hal itu, namun hal itu merupakan sunnah dan dibahas pada banyak kitab para Imam kita, diantaranya Hashyatul Jamal dan lain-lain, yang dimaksud adalah berjima’ pada malam malam dan hari mulia adalah diharapkan keturunan mulia pula yang akan dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada suami istri tersebut.”

Pertanyaan yang senada pernah ditujukan kepada Ustadz Abdullah Zaen, M.A.

“Ustadz, saya sering mendengar dari kebanyakan orang yang mengatakan bahwa hubungan intim pada malam Jumat adalah sunah Nabi. Bahkan ada yang menghubungkan dengan keutamaan seperti membunuh kaum Yahudi. Apakah benar adanya?”

Ia pun menjawab, “Kami belum pernah menemukan ayat Alquran atau hadis sahih yang menunjukkan anjuran tersebut. Jika ada yang menyampaikan hal tersebut maka dia diminta untuk menyampaikan dalil.”

Demikianlah, kita kadang terjebak menganggap sesuatu sebagai hadits. Padahal, ancaman dosa mengatakan sesuatu yang bukan hadits sebagai sabda Nabi adalah sangat berat.

Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits Shahih Keutamaan Jima’
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa jima’ antara suami dan istri adalah sedekah. Ia mendapatkan pahala atas hubungan halal ini, sebagaimana seseorang mendapatkan dosa jika ia berzina.

“Hubungan badan antara kalian (dengan istri) adalah sedekah”. Para sahabat lantas ada yang bertanya pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?” Beliau menjawab, ”Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Oleh karenanya jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Sedangkan tentang keutamaan jima’ di malam/hari Jum’at, hadits yang dapat dijadikan rujukan adalah berikut ini:

“Barangsiapa (yang menggauli istrinya) sehingga mewajibkan mandi pada hari Jum’at kemudian diapun mandi, lalu bangun pagi dan berangkat (ke masjid) pagi-pagi, dia berjalan dan tidak berkendara, kemudian duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama tanpa sendau gurau, niscaya ia mendapat pahala amal dari setiap langkahnya selama setahun, balasan puasa dan shalat malam harinya.” (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Hadits tersebut menggambarkan betapa besarnya balasan pahala bagi orang yang melakukannya. Yakni menjima’ istri, mandi, bangun pagi, berangkat awal ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at, duduk dekat imam dan mendengarkan khutbah dengan seksama. Pahala dalam hadits ini diberikan kepada orang yang melakukan paket enam amal itu, tidak terpisah-pisah. Namun demikian, tergambarlah keutamaan jima’ di malam/hari Jum’at.

Memang ada yang berpendapat bahwa sunnah dalam hadits tersebut adalah jima’ pada hari Jum’at (pagi), mengingat mandi Jum’at itu dimulai setelah terbit fajar di hari Jum’at. Namun yang lebih populer adalah jima’ di malam Jum’at, sedangkan mandinya bisa saja saat terbit fajar sebelum menunaikan Shalat Shubuh berjama’ah.

Abu Umar Basyir di dalam bukunya Sutra Ungu menjelaskan, “Di negara yang menerapkan libur pada hari Jum’at, tentu tidak masalah jika seseorang ingin berhubungan seks pada hari itu. Lalu bagaimana di negara yang menetapkan hari Jum’at sama seperti hari-hari kerja lainnya? Bagaimanapun, hukum sunah tetap saja sunah. Jadi itu hanya soal kesempatan melakukannya saja. Jika mampu dilakukan, Insya Allah membawa berkah. Di situlah, manajemen waktu berhubungan seks menjadi perlu diatur. Karena itu bisa saja dilakukan menjelang Subuh, atau sesudah shalat Subuh. Tiap pasutri tentu lebih tahu mana saat yang paling tepat.” Wallaahu a’lam bish shawab. [Abu Nida]

*http://www.bersamadakwah.com/2013/11/jima-di-malam-jumat-membunuh-kafir.html

Kisah Nyata Keajaiban Sedekah dan Kehamilan

Kisah kali ini mengupas tentang perjalanan Yuni dan suaminya yang berasal dari Jakarta, yang tidak kunjung bisa hamil. Sudah banyak uang yang mereka keluarkan. Segala macam cara ditempuh meskipun jaraknya jauh. Putus asapun sempat menghampirinya. Bahkan sempat pula berburuk sangka kepada Allah SWT.

Hingga pada tahun 2007, Yuni menghadiri peluncuran buku KFK ( Kun FayaKuun) dan Quantum Ikhlas sekaligus membelinya. Setelah membaca buku itu, pikirannya mulai terbuka. Semangatnya tumbuh kembali.
Dalam buku itu diterangkan, jika seseorang punya sebuah hajat, maka pikiran positif kepada Allah SWT harus tetap dijaga, selain itu perlu dibarengi dengan amalan-amalan tertentu, antara lain sedekah, shalat dhuha, dan tahajjud.

Berkat buku tersebut, Yuni dan suaminya rajin bersedekah. Ia mensedekahkan barang-barang miliknya, termasuk cincin pernikahannya kepada anak yatim piatu. Keduanya yakin bahwa sedekah akan mengembalikan keadaan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan termasuk mandapat keturunan.

Pada kesempatan lain, Ust. Yusuf Mansyur mengisi pengajian di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta, dalam rangka buka puasa bersama pada Ramadhan 2007. Karena jadwal Ust.Mansur padat sehingga Yuni tidak bisa langsung curhat ke beliau.

Ust. Menerangkan keajaiban sedekah yang begitu membuatnya terkesima. Lalu beliau mengajak untuk intropeksi diri dan mengingatkan bahwa segala sesuatu pasti ada proses, waktu, dan gilirannya. Sebab Allah sudah menggariskannya. Tinggal kita mau bersabar atau tidak.

Dua tahun berikutnya, sekitar tahun 2009, Yuni dan suaminya memutuskan untuk menempuh jalan inseminasi buatan. Sebulan sebelumnya, mereka bernadzar bahwa jika pada akhirnya nanti Yuni bisa hamil secara alami, maka uang yang akan digunakan untuk program inseminasi seluruhnya akan didonasikan ke PPPA Daarul Quran.

anehnya, ketika tiba hari H untuk melakukan inseminasi, Yuni jatuh sakit. Terpaksa rencana yang sudah diagendakan itu ditunda. Beberapa hari kemudian Yuni tidak kunjung haid. Padahal sudah waktunya. Begitu di tespack, ternyata terdapat garis merah dua. Itu tandanya Yuni positif hamil.

Subhaanallah…alhamdulillah..Yuni langsung sujud sukur. Yuni dan suaminya tak kuasa menitikkan air mata lantaran bahagia mendapatkan anugerah luar biasa dari Allah SWT. Keduanya lalu melaksanakan nadzar dengan menginfakkan seluruh uang yang semula untuk inseminasi ke PPPA.

Selain bisa hamil, Yuni juga bisa melunasi hutang dan mendapat jabatan baru. Yuni berpikir inilah barangkali yang disebut keajaiban sedekah. Sampai sekarang Yuni masih giat bersedekah sesuai dengan kemampuan. Selain sedekah Yuni juga giat melakukan amalan lain yang akan memudahkan pintu rezki.
Inilah salah satu kisah nyata tentang keajaiban sedekah. Semoga dengan membaca kisah di atas dapat memotivasi kita untuk gemar bersedekah.

Sumber : republika, 15 Juli 2011.
Semoga kisah nyata diatas ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

Kisah Keajaiban Sedekah agar Cepat Hamil


Bak palu godam menghujam dada, saat dokter ahli kandungan memvonis Chamelia tak bakal punya anak. Tak terbayangkan dukanya, bagaimana Chamelia dan suami Mart Andreyas Supeno, jadi pasutri tanpa anak. Selama dua tahun, sejak menikah pada 2006, segala macam usaha medis dan nonmedis agar Chamelia bisa hamil, tak jua berbuah hasil. Malah ujungnya divonis, mandul. Duh!

Chamelia sempat down. Untungnya, suami selalu menghibur dan mengajak untuk selalu bersabar. “Anak itu milik Allah, kalau Allah menghendaki menitipkan anak pada kita, tidak ada yang bisa menghalangi. Yang penting kita terus berikhtiar,” hibur Mart, pria kelahiran 30 Maret 1978.

Walau sedikit menghibur, tak ayal kegundahan terus menggelayut. Bayangkan, seumur hidup tanpa anak kandung…Walau ada yang menyarankan untuk melakukan inseminasi buatan, atau bayi tabung, sama sekali tak mengusik kenikmatan bayangan punya bayi kandung yang lahir secara normal seperti perempuan lainnya.

Saat hati sedang tidak karuan itulah, seorang teman memberi saran supaya melakukan konseling ke Wisata Hati milik Ustadz Yusuf Mansur, yang cabangnya ada di Masjid Agung Jawa Tengah. Chamelia pun bergegas ke kantor perwakilan Wisata Hati Semarang. Disana perempuan kelahiran Tegal, 13 Maret 1978, bertemu ustadz Saefudin.
Oleh ustadz Saefudin, Chamelia dan suaminya, disarankan untuk melakukan amalan

sholat taubat 6 rakaat sebelum tidur,
membaca istighfar sampai tidur,
sholat tahajud 6 rakaat,
kemudian kami tambah sholat hajat,
sholat dhuha 6 rakaat,
dan kami disarankan untuk melakukan sedekah sebanyak – banyaknya dan dibagi dibeberapa tempat.

“Semua harus kami amalkan dengan istiqomah dan ikhlas, hanya ridho dan kasih sayang Allah yang kami harapkan. Karena kami yakin bahwa Allah Maha Berkehendak dan memiliki segalanya. Kami pasrah anak yang punya Allah, jadi kami hanya meminta dengan Allah saja itu yang kami pikir saat itu,” tutur Chamelia.

Adalah kehendak Allah subhanahu wa ta’ala juga saat Chamelia ditakdirkan bertemu dengan ustadz sedekah, Ustadz Yusuf Mansur, di bulan Januari, tahun 2008. Saat itu ustadz Yusuf Mansur diundang ceramah di Masjid Baiturrahman, Semarang. Saat itu kepada para jamaah masjid ustadz Yusuf menghimbau supaya jangan ragu-ragu menguras isi dompet untuk tujuan sedekah” Sedekahkan seluruh isi dompet kalian.”

Kesempatan bertemu ustadz Yusuf tak disia-siakan oleh sepasang suami istri yang sedang dirundung duka itu. Kepada ustadz Yusuf, Chamelia memohon agar beliau mendoakan agar Allah segera memberikan kepada mereka anak. Ustadz Yusuf pun mendoakan mereka. “Yang penting ente-ente semua, jangan lupa bersedekah,” ujar ustadz Yusuf dengan gaya betawinya yang khas.

Chamelia dan suaminya pun, tanpa ragu menguras isi dompetnya. Yang tersisa hanya uang Rp 10.000, sekedar untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba sepeda roda dua milik mereka, habis bensin atau ban bocor. Siapa sangka, semenjak peristiwa yang menguras air mata mereka itu, segala jalan cita dilempangkan. Masih di tahun 2008, tepatnya bulan Maret, Chamelia dinyatakan positif hamil. “Alhamdulillah, kebahagiaan kami tak terkira,” ujar Chamelia, yang diamini suaminya, Mart.
Neysha Fiedella Syabil, anak yang sudah ditunggu-tunggu itu, pun lahir pada 30 Nopember 2008. Duh, subhanallah, bahagianya.

Balasan dari Allah, jauh sebelumnya, juga sudah diberikan, yakni pada tahun 2007, beberapa bulan setelah saran ustadz Saefudin dilaksanakan oleh pasangan suami istri itu. Balasan itu berupa kemampuan membeli tanah, dengan harga di bawah standar. Lalu pada awal 2008, Mart dan istrinya mulai sedikit demi sedikit membangun rumah. Saat kami sedang membangun pondasi rumah itulah, Chamelia dinyatakan hamil.

Bahkan, ketika pada masa kehamilan ada gejala akan ada masalah, kami sikapi dengan cepat-cepat bersedekah. Kelahiran pun akhirnya berjalan normal.
“Sampai sekarangpun kami masih belum percaya kami bisa membangun rumah sampai Rp 300juta, anak kami lahir sehat. Sekarang kami jadi ketagihan buat sedekah karena apa yang kami beri dibalas Allah SWT berlipat ganda diluar perkiraan kami,” tutur Chamelia tanpa bermaksud ria, tapi sekedar mengabarkan betapa besar nikmat Allah, yang bisa diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

*https://www.facebook.com/Aqinginhamil/posts/439079686154288

Kisah Roh Setelah Jasad di Kubur

Mari kita renungkan bersama kawan.

Dalam kitab Daqoiqul Akbar Fii Dzikril Jannati Wan Nar sebuah karya dari Imam Abdirrahim bin Ahmad Al Qadhiy, diceritakan bahwa setelah roh diangkat dari jasad, ia akan mengunjungi jasad itu lagi di dalam kuburan.
Kondisi jasad itulah yang menjadi gambaran kelak di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda bahwa roh yang keluar dari jasad anak Adam akan kembali mengunjungi jasadnya setelah 3 hari jasad itu di makamkan.

Ketika itu roh meminta persetujuan Allah SWT untuk berjalan-jalan melihat kondisi jasadnya di dalam kuburan.
"Wahai Tuhanku, izinkanlah aku berjalan-jalan dan melihat jasad tempatku berada,"ucap roh.

Allah SWT pun mengizinkannya.Maka roh itu pergi mendatangi makamnya, dan memandanginya dari kejauhan.
Roh menangis begitu melihat jasadnya mengalir darah dari hidung dan mulutnya.

"Wahai jasadku yang miskin, hai kekasihku, apakah engkau ingat hari-hari kehidupanmu di dunia, ini adalah rumah tempatnya kesunyian, kepayahan, kesusahan dan penyesalan,"kata roh.

*http://uswahislam.blogspot.com/2010/06/kisah-roh-setelah-jasad-di-kubur.html

Garam Cerahkan Warna Karpet yang Pudar

Garam Cerahkan Warna Karpet yang Pudar
net

TRIBUNNEWS.COM - Sebagai salah satu elemen dekoratif, karpet kadang sering terabaikan. Kehadirannya hanya dimanfaatkan sebagai percantikan ruang saja, tanpa memerhatikan perawatannya.

Padahal, jika tidak rutin dirawat, kesan cantik pada aksesori penutup lantai ini lama kelamaan bisa pudar dan noda yang menumpuk bisa menimbulkan berbagai penyakit pernapasan. Tak jarang juga, karpet menjadi tempat berkembangnya kutu busuk.

Karpet jenis apapun sebaiknya rutin dibersihkan. Merawatnya tidak repot kok. Yuk mari simak beberapa tips seputar perawatan karpet berikut ini.

Letakkan karpet pada ruang yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Hal itu untuk menghindari cepat memudarnya warna karpet.

Jika sudah terlanjur pudar, taburi karpet dengan garam dapur sebanyak mungkin. Diamkan sekitar 1 jam, lalu sedot dengan vacuum cleaner . Cara itu cukup ampuh untuk membuat warna karpet "hidup" lagi.

Bersihkan dan sedot debu menggunakan vacuum cleaner  minimal tiga minggu sekali agar kotoran tidak menumpuk.

Jika karpet terkena tumpahan noda, segera tekan bagian yang terkena noda dengan menggunakan lap basah. Hal itu berguna untuk mengangkat noda kotor dan membuat tumpahan cepat kering.

Ubah posisi karpet tiga bulan sekali, agar posisi karpet yang sering terinjak kaki bisa sering berganti.
Jika anda tak sempat mencuci karpet, taburkan saja soda kue ke permukaan karpet. Biarkan kurang lebih 1 jam, lalu sedot dengan vacuum cleaner  agar tampilannya sedikit kinclong.

Mudah kan? Cara tersebut bisa anda lakukan sehari-hari tanpa memerlukan bantuan jasa pencuci. Selain kualitas karpet terjaga, kebersihannya juga aman bagi kesehatan penghuni rumah.

Sumber : http://www.tribunnews.com/lifestyle/2013/11/05/garam-cerahkan-warna-karpet-yang-pudar

Ketika Poligami Menghampiri

Ilustrasi. (kawanimut)
Ilustrasi. (kawanimut)

dakwatuna.com – Langkah Tiha gontai dan tanpa semangat. Ada masalah berat yang dihadapinya. Suaminya mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat di RS didapatinya suami terbaring tak berdaya. Syukurlah hanya luka ringan. Namun di sisi pembaringan suaminya, Tiha melihat seorang wanita. Setelah ditanyakan pada adik ipar yang saat itu juga berada di sana, ternyata wanita itu adalah istri kedua sang suami. Ya, empat tahun lalu suaminya telah menikah lagi. Keluarga besar sang suami tahu tapi mereka tak pernah tega untuk memberitahunya.

Tiha menangis terus menerus di kamarnya satu pekan ini. Melalui tangisan Tiha mengumpulkan kekuatan, karena walau bagaimanapun hatinya teramat sakit atas “ketidaksetiaan” sang suami yang amat dicintainya. Perasaannya begitu hancur menghadapi kenyataan itu. Lebih sakit lagi karena ayah kedua buah hatinya menikah diam-diam, dan sekian tahun bungkam. Kalau bukan karena kecelakaan itu mungkin Tiha tak kan pernah tahu kenyataan ini. Kini, ia hanya bisa menangis. Luka hatinya amat menganga. Life doesn’t mean to be beautiful all the time. Namun, ia tak bisa apa-apa menghadapi ujian ini selain mengembalikan semuanya pada Allah. Tiha pun tak akan pernah menyalahkan suaminya atau madunya, karena itu hanya akan semakin membuatnya lara. Yang perlu dilakukannya sekarang hanyalah pasrah. Ikhlas. Meski ia jarang ngaji, bahkan disibukkan oleh setumpuk pekerjaannya di kantor, Tiha masih ingat pelajaran agama semasa SMA dulu agar sabar menghadapi setiap cobaan.

Tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya, meminta suami untuk menceraikan madunya. Meski jarang mengikuti ceramah, Tiha tahu bahwa hal itu dilarang dalam Islam. Tak juga ia meminta cerai pada suami, karena sebodoh-bodohnya ia, tahu saja bahwa minta cerai dengan alasan yang tidak syar’i sama saja dengan mengundang laknat Allah padanya.

“Bukan takdir ini yang menguras air mataku…sebagai wanita biasa tentu aku kecewa atas sikap suamiku…tapi lebih dari itu, mungkin atas segala maksiat dan ketidaktaatan yang aku lakukan sehingga Allah menegurku. Dan inilah cara-Nya mencintaiku. Dia ingin aku introspeksi diri. Dia ingin aku menutup aurat tanda patuhku pada-Nya. Dia juga ingin aku tak terlena dengan pekerjaan sehingga melupakan kewajibanku sebagai ibu dan istri. Dia menghendaki aku berubah menjadi lebih baik. Mungkin inilah jalan surgaku. Aku akan ikhlas menjalani semua ini. Sesungguhnya suamiku menikah lagi pun atas seizin-Nya. Yang penting sekarang adalah bagaimana kami menjalani bahtera poligami ini agar sesuai dengan yang nabi contohkan. Membantu suami agar bisa adil terhadap kedua istri. Hatiku sabar atau tidak sabar pun tidak akan mengubah apa pun. Atas kehendak-Nya semua telah terjadi. Sudah tertulis dalam Lauhul Mahfuz. Aku memilih sabar, semoga dengan seperti ini Allah mengampuni segala dosaku dan memberiku pahala tanpa batas”, demikian ucapan Tiha saat aku berkunjung ke rumahnya.

Luar biasa ketenangan Tiha di mataku. Hanya perlu waktu satu pekan dirinya bergolak. Menyendiri memikirkan segala yang telah terjadi, dan mengambil keputusan. Padahal Tiha manusia yang amat biasa. Sebelumnya memakai kerudung pun tidak. Apalagi ikut pengajian. Waktunya lebih banyak dihabiskan bekerja dan mengurus anak-anaknya. Hanya satu hal yang aku tahu, selama ini Tiha rajin shalat tahajud dan Dhuha. Sifat dermawannya pun pantas diacungi jempol.

Betapa beruntungnya suami Tiha dan madunya. Tak pernah Tiha menyalahkan keduanya. Tiha tetap lembut dengan mereka. Tak pernah sepatah kata cacian Tiha keluarkan. Lisannya benar-benar terjaga. Meski Tiha bukan wanita yang terbina dalam majelis ta’lim. Andai semua wanita seperti Tiha, indahnya hidup bisa berbagi. Jumlah wanita yang tak juga menikah pasti berkurang signifikan. Bahkan mungkin tak ada lagi.
Dari Tiha aku belajar arti keikhlasan. Keridhaan atas segala hal yang Allah tetapkan atas setiap hamba-Nya. Kerelaan atas apapun yang Allah berikan. Sekalipun itu amat mengoyak hati, mengiris sembilu, dan mengeluarkan air mata darah. Allah yang Maha Rahiim mustahil membuat hambanya menderita atas ujian yang Dia berikan. Tak mungkin Dia menzhalimi ciptaan-Nya. Ujian hanyalah cara-Nya untuk menyeleksi mana manusia yang benar-benar beriman, mana yang hanya dalam ucapan. Cobaan hidup adalah perbuatan-Nya untuk memilah siapa yang layak masuk surga, siapa yang pantas di neraka.

Lain lagi dengan yang dialami Sarah. Ia sedang dalam dilema. Seorang pria mengkhitbah untuk menjadikan Sarah sebagai yang kedua. Rasa bingung dan pusing berpadu menjadi satu dalam hati Sarah. Membayangkan menjadi yang kedua saja tidak pernah, apalagi mewujudkannya dalam nyata. Jika boleh memilih, Sarah lebih suka menjadi yang pertama. Istri pertama jika shalihah ia lebih berkesan di hati suami. Istri pertama juga yang dijanjikan surga bila ikhlas suami menikah lagi. Istri pertama juga yang mendapat simpati masyarakat. Bukan istri kedua dan seterusnya yang bahkan diberi stigma negatif sebagai perusak rumah tangga orang, pengganggu suami orang dan lain-lain. Budaya negeri ini telah begitu mengakar, bahwa wanita yang mau menjadi yang kedua adalah manusia tak berperasaan. Perebut suami orang. Budaya pula yang telah menempatkan istri pertama selalu sebagai pihak yang terzhalimi. Tanpa memandang lagi bagaimana sikap dan perilaku istri pertama sesungguhnya. Tanpa melihat lagi bagaimana keadilan suami. Semua digeneralisasi. Segala hal yang benar ada pada istri pertama. Dan yang salah ada pada istri kedua dan seterusnya.

Nilai sosial kemasyarakatan negeri ini masih memandang poligami sebagai hal yang negatif. Tak segan-segan masyarakat memvonis seorang pria yang berpoligami dengan julukan “tukang kawin”. Justru lupa dan mengabaikan mereka yang sering ke lokalisasi dan bergonta-ganti pasangan sebagai “lelaki bejat doyan zina”.

Maka tak heran kondisi sosial masyarakat berubah. Sekarang bukan hal yang aneh lagi untuk ditemui, di mana-mana banyak wanita berumur yang masih gadis, tak kunjung menikah. Dari wanita level pendidikan tinggi hingga yang rendah. Dari wanita desa sampai kota. Dari wanita karir hingga wanita rumahan. Semua sama, tak pandang bulu.

Saat itu perasaan Sarah ingin segera menolak. Bukan karena takut menjadi yang kedua. Hati Sarah benar-benar tidak bisa diajak kompromi untuk bersedia. Tapi Sarah tak ingin sekadar mengikuti perasaan. Apalagi yang mengkhitbahnya adalah pria shalih pengemban dakwah. Sarah ingin menerima seseorang menjadi suami adalah karena Allah, menolakpun karena Allah. Sarah ingat sebuah hadits yang menyatakan bahwa bila datang seorang pemuda yang baik akhlak dan agamanya, maka terimalah agar terhindar dari fitnah dan kerusakan di muka bumi. Hal ini yang kemudian dikonsultasikan pada Allah. Hingga sesaat setelah melihat foto ikhwan tersebut, Sarah baru bisa mengambil keputusan. Sarah menolaknya. Tak ada chemistry. Tak ada ketertarikan sama sekali. Menolak pinangan bukanlah suatu dosa. Rasulullah pun pernah melakukannya, saat sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khathab meminang Fathimah.

Malam itu juga Sarah memutuskan, besok pagi akan menyampaikan jawaban penolakan. Namun dini hari serbuan sms masuk ke HP Sarah. Rupanya istri pertama meradang. Marah atas sikap suaminya yang ta’aruf dengan wanita lain. Kalimatnya pedas menghujam hingga hati Sarah. Berbagai macam prasangka dan tuduhan keji terlontar. Kehadiran istri kedua dianggapnya akan mengganggu perkembangan psikologis anak. Merusak harmoni yang telah terbentuk. Tapi Sarah tak percaya. Allah dan rasul-Nya lebih tahu. Jika memang poligami sebuah kezhaliman, pasti tidak akan pernah ada syariat tersebut dalam Islam. Apalagi buktinya banyak yang berpoligami dan rumah tangganya baik-baik saja. Anak-anak pun telah terbiasa memiliki dua ibu. Bahkan semua anggota keluarga bisa saling bekerja sama dan bersinergi dalam segala hal.
Betapa herannya Sarah, si A istri pria peminangnya adalah seorang aktivis ormas. Kaum wanitanya pun biasa dimobilisasi untuk berteriak di jalan, “terapkan syariah!” Aktivitasnya pun biasa mengoreksi kesalahan penguasa. Saat poligami mendapat penentangan dari kaum feminis, mereka pun turun ke jalan membela poligami sebagai bagian dari syariat Allah. Tapi kini? Memang “kasuistis”. Tapi jika didiamkan bisa menjalar menjadi sebuah virus pada para aktivisnya. Perlu koreksi total. Apalagi ketika penolakan atas keinginan suami untuk menikah lagi berubah menjadi tindakan tidak terpuji dan melanggar hukum syara. Lebih miris lagi ketika suami telah menikah lagi tanpa sepengetahuannya, sang aktivis berubah menjadi “satria baja hitam” alias hitam hati dan perbuatannya. Tanpa pernah mau sedikitpun memahami alasan atas pilihan perbuatan suami.

Ternyata, poligami ketika terjadi pada diri sendiri berubah menjadi sesuatu yang harus ditolak. Berbagai alasan yang sebetulnya tak masuk logika pun dijadikan sebagai dalil pembenaran. Slogan “Terapkan syariah” seolah hanya ditujukan untuk orang lain. Seakan hanya untuk hukum syara yang lain saja, bukan poligami. Poligami boleh untuk orang lain, tapi tidak untuk suami sendiri. Perempuan lain boleh dipoligami, tapi tidak dengan diri sendiri. Maha benar Allah dalam segala firman-Nya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3)

Belajar dari dua wanita saat menyikapi poligami, yaitu Tiha yang wanita biasa dan si A wanita aktivis ormas yang lantang menyerukan perubahan sistem membuatku makin mengerti. Bahwa pemikiran dan perilaku seseorang tidak ditentukan dari mana ia berasal. Menjadi aktivis dakwah pun bukan jaminan ketundukan total pada syariat-Nya. Nyatanya banyak perilaku pengemban dakwah kalah dengan mereka yang biasa saja. Bahkan dalam kasus poligami, banyak aktivis dakwah yang kalah dengan para istri Eyang Subur yang sekuler.

Keikhlasan memang tidak bersumber dari seringnya ikut pengajian. Ketundukan totalitas pada aturan Allah memang tidak diukur dari banyaknya kitab yang dikaji. Keridhaan dan kesabaran atas taqdir Allah memang tidak berasal dari seberapa sering dan lantangnya seseorang turun di jalan menyerukan penerapan aturan-Nya di muka bumi. Tidak sama sekali. Ketegaran sebuah hati adalah karena Cinta yang tulus tanpa syarat pada Sang Pemilik Segala.

Keikhlasan berasal dari hati yang salim. Qalbu yang senantiasa takut pada Allah. Juga kesadaran diri bahwa suatu saat pasti akan mati, kembali ke haribaan illahi dan berpisah dengan suami. Mempertanggungjawabkan segala kata dan perbuatan di dunia. Keikhlasan didapatkan manakala memahami bahwa hidup adalah ujian. Sunnatullah, manusia akan terus menerus diuji sepanjang hidupnya. Baik ujian kenikmatan maupun kesusahan. Namun begitu sesungguhnya manusia pasti mampu melaluinya. Sebagaimana firman Allah, ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2]: 286).
Allah SWT juga berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-157).

Atau seperti sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi). Rasulullah SAW bersabda:  “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadaan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi)

Ketika suami menikah lagi…lagi…dan lagi… semoga wanita memilih jalan ikhlas dan sabar. Tidak sabar dan tidak ikhlas pun tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tidak akan menjadikan lebih tenang dan bahagia. Justru sebaliknya.

Ketika poligami menghampiri semoga wanita bisa mengelola rasa. Menautkan segala rasa hanya pada Cinta-Nya. Memilih menjadi wanita kuat dan tegar. Menyadari bahwa jika ia atau suami kembali pada Allah, kebersamaan pun akan berakhir. Hanya sementara menjadi pendamping suami di dunia. Seorang istri yang amat mencintai suami pernah menyatakan, saat suaminya menikah lagi ia pun merasa lara. Namun saat suaminya wafat, lara yang dialaminya berlipat-lipat perihnya. Wallahu’alam.


Daftar Postingan Terbaru

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/